Sejarah Kerajaan Demak, Raja, Peninggalannya dan Kejayaannya – Mungkin sebagian dari kita sudah sering mendengar kerajaan Demak. Kerajaan ini memang sangat terkenal ditanah Jawa dan sudah mendunia. Kerajaan Demak punya peran penting dalam keIslaman di Indonesia khususnya ditanah Jawa hingga saat ini. Tahukah kalian banyak sekali fakta-fakta yang bisa kita lihat pada kerajaan Demak? Kerajaan Demak mempunyai sesuatu yang menarik untuk dibahas dengan detail.
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam yang sangat berpengaruh di Indonesia. Ada satu peninggalan yang hingga saat ini masih ada pada kerajaan Demak yaitu Masjid Agung Demak. Disana kita bisa melihat penginggalan-peninggalan pada masa kerajaan Demak yang masih tersisa. Kita juga bisa melihat sejarah atau kisah-kisah para Wali menyebarkan agama Islam pada masa itu dengan melihat benda-benda yang ditinggalkan.
Sejarah Kerajaan Demak, Raja, Peninggalannya dan Kejayaannya
Disini kita akan membahas lengkap tentang kerajaan Demak mulai dari Sejarahnya, raja-rajanya, peninggalannya dan masa kejayaannya, simak ulasannya.
Sejarah Kerajaan Demak
Kerajaan Demak mulanya merupakan sebuah Kadipaten yang berada di bawah kekuasaan dari Kerajaan Majapahit. Ketika Kerajaan Majapahit runtuh, Demak lalu mulai memisahkan diri dari Ibu Kota di Bintoro. Kerajaan Demak merupakan kerajaan islam pertama yang ada di Pulau Jawa. Pertama kali didirikan oleh Raden Patah. Memiliki lokasi yang sangat strategis karena terletak antara pelabuhan bergota dari kerajaan Mataram Kuno dan Jepara, kedua tempat inilah yang telah membuat Demak menjadi kerajaan dengan pengaruh sangat besar di Nusantara.
Didirikan oleh Raden Patah asal yang masih keturunan dari Majapahit dengan seorang putri dari Campa. Daerah kekuasaan dari Kerajaan Demak mencakup Banjar, Palembang dan Maluku serta bagian utara pada pantai Pulau Jawa. Raja pertama dari Kerajaan Demak ialah Raden Patah yang bergelar Senapati Jumbung Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama.
Pada tahun 1507, Raden Patah turun tahta dan digantikan oleh seorang putranya yang bernama Pati Unus. Sebelum diangkat menjadi Raja, Pati Unus sebelumnya sudah pernah memimpin armada laut kerajaan Demak untuk menyerang Portugis yang berada di Selat Malaka. Sayangnya, usaha Pati Unus tersebut masih mengalami kegagalan. Namun karena keberaniannya dalam menyerang Portugis yang ada di Malaka tersebut, akhirnya Pati unus mendapat julukan sebagai Pangeran Sabrang Lor.
Lalu pada tahun 1521, Pati Unus wafat dan tahtanya digantikan oleh adiknya yang bernama Trenggana. Pada masa inilah kerajaan Demak mencapai pusak kejayaannya. Setelah berkuasa, lalu Sultan Trenggana mulai melanjutkan upaya dalam menahan pengaruh dari Portugis yang sedang berusaha untuk mengikat kerjasama bersama kerajaan Sunda atau Pajajaran. Kala itu, Raja Samiam yang berasal dari kerajaan Sunda sudah memberikan izin untuk mendirikan kantor dagangnya di Sunda Kelapa. Oleh karena itu, Sultan Trenggana akhirnya mengutus Fatahillah atau Faletehan untuk bisa mencegah supaya Portugis tidak dapat menguasai wilayah Sunda Kelapa dan Banten.
Sunda Kelapa merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Sunda. Pada waktu itu, Portugis membangun benteng yang ada di Sunda Kelapa. Namun, kerajaan Demak tak senang dengan adanya keberadaan orang-orang Portugis tersebut. Akhirnya, Fatahillah lalu berhasil dalam mengalahkan Portugis. Banten dan Cirebon akhirnya dapat dikuasai oleh Fatahillah bersama pasukannya. Karena jasanya ini, untuk mengenang kemenangan tersebut maka Sunda Kelapa lalu diganti namanya menjadi Jayakarta pada tanggal 22 Juni 1527. Kejadian itu membuat Sultan Trenggana menjadi Raja terbesar yang ada di Demak.
Pasukan Demak mulai terus bergerak menaklukan pedalaman dan berhasil dalam menundukkan sebagian wilayah yang berada di Timur. Daerah-daerah yang masih memiliki kerajaan Hindu dan Buddha yang berada di Jawa Timur lalu satu persatu dikalahkan yakni Wirosari dan Tuban pada tahun 1528, Madiun pada tahun 1529, Lamongan, Blitar, Pasuruan dan Wirosobo pada tahun 1541 sampai dengan 1542. Mataram, Madura dan Pajang pun akhirnya jatuh kedalam kekuasaan kerajaan Demak. Demi dapat memperkuat kedudukannya maka Sultan Trenggana mengawinkan putrinya dengan Pangeran Langgar yang menjabat Bupati Madura.
Selanjutnya, Putra Bupati Pengging yang bernama Tingkir juga diambil menjadi menantu Sultan Trenggana dan ia diangkat menjadi Bupati di Pajang. Pada tahun 1546, Sultan Trenggana menemui ajalnya di medan pertempuran ketika melancarkan penyerangan di Pasuruan. Sejak Sultan Trenggana wafat, Kerajaan Demak dilanda persengketaan dalam memperebutkan kekuasaan yang berada di kalangan keluarga kerajaan.
Pengganti Sultan Trenggana seharusnya ialah Pangeran Mukmin atau Pangeran Prawoto selaku putra tertua dari Sultan Trenggana, namun kemudian Pangeran Prawoto dibunuh oleh Bupati Jipang yaitu Arya Penangsang. Kemudian, tahta kerajaan Demak akhirnya diduduki oleh Arya Penangsang. Namun keluarga kerajaan ternyata tidak menyetujui atas naik tahtanya Arya Penangsang menjadi Raja. Lalu akhirnya Arya penangsang berhasil dikalahkan oleh kerajaan Demak berkat bantuan dari Jaka Tingkir. Sejak saat itu wilayah kerajaan Demak dipindahkan ke Pajang.
Raja Kerajaan Demak
Berikut ini adalah ringkasan Raja-raja Demak yang pernah menjadi raja pada masa kerajaan Demak.
1. Raden Patah
Raden Patah adalah pendiri kerajaan demak dan raja pertama di Demak, pada masa pemerintahan raden patah, mengalami perkembangan yang begitu pesat, para walipun segan untuk membantu kemajuan kerajaan demak, kerajaan demak diperluas hingga meliputi Jepara, Pati, Rembang, Semarang, kepulauan di selat Karimata dan beberapa daerah di Kalimantan, kerajaan ini menguasai beberapa pelabuhan penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Jaratan dan Gresik.
Tugas dalam penyebaran agama Islam sangatlah besar, dan dibantu oleh para wali, demak menjadi pusat penyebaran agama Islam di Jawa dan wilayah Nusantara bagian timur, seiring berjalan nya waktu kemudian para wali mendirikan masjid di demak dan masjid itu dinamakan Masjid Agung Demak.
Para wali mempunyai murid tidak pada hanya orang jawa saja, di antara murid para wali ada yang berasal dari daerah Banjarmasin, Makasar, Ternate dan Ambon, di daerah-daerah kekuasaan Demak seperti wilayah pesisir utara Jawa, sebagian Sumatera dan sebagian wilayah Kalimantan penyebaran agama islam sudah luas.
Cara dakwah Sunan Kalijaga dikenal dengan menggunakan seni wayang kulit, Sunan Kalijaga menyadari bahwa cerita wayang berasal dari Hindu India, tetapi beliau mampu menyesuaikan dan memasukkan ajaran Islam di dalamnya, dengan cara ini ajaran Sunan Kalijaga dapat diterima masyarakat luas, dan seiring berjalan nya waktu Raden Patah wafat pada tahun 1518 M, kemudian digantikan oleh putra Mahkotanya yaitu Raden Pati Unus.
2. Pati Unus
Pati unus berkuasa di tahun 1518 M sampai tahun 1521 M, karena jasanya memimpin armada Demak dalam penyerangan ke Malaka, Pati Unus mendapatkan sebutan “Pangeran Sabrang Lor”. Pemerintahan Pangeran Sabrang Lor tidak berlangsung lama, karena setelah 3 tahun memerintah beliau sakit dan wafat pada tahun 1521 M, Pati Unus meninggal tanpa menurunkan anak, sebagai penggantinya adalah adiknya yang bernama Raden Trenggono yang kemudian bergelar Sultan Trenggono.
3. Sultan Trenggono
Sultan Trenggono adalah adik Pati Unus dan putra ketiga dari Raden Patah, di bawah pemerintahan beliu wilayah Demak semakin luas, di tahun 1522, armada laut Demak di bawah pimpinan Fatahillah mengatur siasat untuk penyerangan dan dimulai dari Banten, Sunda Kelapa, kemudian ke Cirebon, ketiga daerah ini semula berada di bawah kekuasaan Kerajaan Pajajaran, pada saat itu juga Portugis bekerja sama dengan Pajajaran untuk menguasai Sunda Kelapa.
Pada tahun 1527 M, Demak berhasil merebut Sunda Kelapa dari tangan Portugis, dalam pertempuran ini, Portugis mengalami kekalahan, Fatahillah menggantikan nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta, saat pemindahan nama ini ditetapkan sebagai berdirinya kota DKI Jakarta.
Berkat pencapaian tersebut Demak memperluas wilayahnya ke barat, Sultan Trenggono merencanakan perluasan wilayahnya ke timur, tujuan utamanya adalah Pasuruan Jawa Timur, namun Sultan Trenggono kali ini gagal dalam siasat nya lalu beliau wafat pada tahun 1546 M.
Peninggalan Kerajaan Demak
Berikut ini adalah beberapa peninggalan kerajaan Demak yang bisa kita saksikan.
1. Masjid Agung Demak
Masjid Agung Demak adalah salah satu Kerajaan Demak yang paling dikenal Bangunan yang didirikan oleh Walisongo pada tahun 1479 ini masih berdiri kokoh hingga saat ini meski sudah mengalami beberapa renovasi, bangunan ini juga menjadi salah satu bukti bahwa kerajaan Demak pada masa silam telah menjadi pusat pengajaran dan penyebaran Islam di Jawa.
2. Pintu Bledeg
Pintu Bledeg dalam bahasa Indonesia yang artinya Bledeg berarti petir, oleh karena itu, pintu bledeg bisa diartikan sebagai pintu petir, pintu ini dibuat oleh Ki Ageng Selo pada tahun 1466 dan menjadi pintu utama dari Masjid Agung Demak, berdasarkan cerita yang tersebar, pintu ini dinamai pintu bledeg tak lain karena Ki Ageng Selo memang membuatnya dari petir yang menyambar.
Saat ini, pintu bledeg sudah tak lagi digunakan sebagai pintu masjid, pintu bledeg dimuseumkan karena sudah mulai lapuk dan tua, sekarang menjadi koleksi peninggalan Kerajaan Demak dan kini disimpan di dalam Masjid Agung Demak.
3. Soko Tatal atau Soko Guru
Soko Guru adalah tiang berdiameter mencapai 1 meter yang berfungsi sebagai penyangga tegak kokohnya bangunan Masjid Demak, ada 4 buah soko guru yang digunakan masjid ini dan berdasarkan cerita semua soko guru tersebut dibuat oleh Kanjeng Sunan Kalijaga, sang Sunan mendapat tugas untuk membuat semua tiang tersebut sendiri, hanya saja saat ia baru membuat 3 buah tiang setelah masjid siap berdiri, Sunan Kalijaga dengan sangat terpaksa lalu menyambungkan semua tatal atau potongan-potongan kayu sisa pembuatan 3 soko guru dengan kekuatan spiritualnya dan mengubahnya menjadi soko tatal alias soko guru yang terbuat dari tatal.
4. Situs Kolam Wudhu
Situs kolam wudlu dibuat seiring berdirinya bangunan Masjid Demak, situs ini dahulunya digunakan sebagai tempat berwudlu para santri atau musyafir yang berkunjung ke Masjid untuk melaksanakan sholat, tapi saat ini situs tersebut sudah tidak digunakan lagi untuk berwudlu dan hanya boleh dilihat sebagai benda peninggalan sejarah saja.
5. Bedug dan Kentongan
Bedug dan kentongan yang terdapat di Masjid Agung Demak juga merupakan peninggalan Kerajaan Demak yang bersejarah dan tak boleh dilupakan, kedua alat ini digunakan pada masa silam sebagai alat untuk memanggil masyarakat sekitar mesjid agar segera datang melaksanakan sholat 5 waktu setelah adzan dikumandangkan, Kentongan berbentuk menyerupai tapal kuda memiliki filosofi bahwa jika kentongan tersebut dipukul, maka warga sekitar harus segera datang untuk melaksanakan sholat 5 waktu secepat orang naik kuda.
6. Dampar Kencana
Dampar kencana adalah singgasana para Sultan yang kemudian dialih fungsikan sebagai mimbar khutbah di Masjid Agung Demak, peninggalan Kerajaan Demak yang satu ini hingga kini masih terawat rapi di dalam tempat penyimpanannya di Masjid Demak.
7. Maksurah
Maksurah adalah dinding berukir kaligrafi tulisan Arab yang menghiasi bangunan Masjid Demak, maksurah tersebut dibuat sekitar tahun 1866 Masehi, tepatnya pada saat Aryo Purbaningrat menjabat sebagai Adipati Demak, akan halnya tulisan dalam kaligrafi tersebut bermakna tentang ke-Esa-an Allah.
8. Piring Campa
Piring Camapa adalah piring pemberian seorang putri dari Campa yang tak lain adalah ibu dari Raden Patah, piring ini jumlahnya ada 65 buah, bebagian dipasang sebagai hiasan di dinding masjid, sedangkan sebagian lain dipasang di tempat imam.
Masa Kejayaan Kerajaan Demak
Kerajaan Demak merupakan kerajaan yang sangat maju. Pada zaman terebut bahkan tidak ada kerajaan yang mampu menandinginya. Wilayah tersebut diperluas oleh Kerajaan Demak tepat berada dibawah kepemimpinan Pati Unus dan Sultan Trenggana.
1. Pati Unus
Pada masa kepemimpinan Pati Unus perluasan wilayah lebih kepada kemaritiman. Pati Unus mengirimkan beberapa pasukannya untuk menguasai Malaka. Namun armada lautnya masih kalah dengan Portugis. Dalam kepemimpinan Pati Unus berpendapat bahwa keberadaan Portugis di Malaka bisa membuat cita-cita menjadi kerajaan maritim terganggu.
2. Sultan Trenggana
Sultan Trenggana merupakan pemimpin yang berperan dalam penyebaran Islam di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di bawah kepemimpinan Sultan Trenggana Kerajaan Demak mampu menguasai daerah-daerah di Jawa.
Daerah tersebut antara lain Sunda Kelapa dari Padjajaran dan menghalau Portugis untuk mendarat di Sunda Kelapa, Madiun, Surabaya dan Pasuruan. Tak hanya itu saja Sultan Trenggana juga menghalau Portugis mendarat di Malang, Blambangan dan Kerajaan Hindu terakhir yang berada di ujung timur Pulau Jawa.
Setelah Sultan Trenggana wafat ia digantikan oleh Sunan Prawoto. Fatahillah juga menjadi menantu dari Sultan Trenggana. Sementara Putra Sunan Gunung Jati Maulana Hasanuddin diperintah oleh Sultan Trenggana untuk menundukkan Banten.
Sejak saat itulah Banten dijadikan sebagai kerajaan yang mandiri. Sunan Kudus pun menjadi imam di Masjid Agung Demak. Beliau juga pimpinan utama dalam misi menghancurkan Kerajaan Majapahit. Ini dilakukan sebelum beliau pindah ke Kudus.
Runtuhnya Kerajaan Demak
Kerajaan Demak mulai runtuh setelah Sultan Trenggana Wafat. Terjadi perebutan kekuasaan semenjak Sultan Trenggana wafat. Sultan Trenggana mulanya digantikan oleh saudaranya Pangeran Sedo Lepen. Namun anak Sultan Trenggana yang tidak terima akhirnya membunuh Pangeran Sedo Lepen. Anak Sultan Trenggana bernama Pangeran Prawoto.
Perebutan kekuasaan tidak berhenti di situ saja. Putra Pangeran Sedo Lepen yakni Arya Penangsang membunuh Pangeran Prawoto. Jatuhlah kekuasaan Kerajaan Demak di tangannya. Namun Arya Penangsang mampu dikalahkan oleh anak angkat Joko Tingkir Sutawijaya. Setelah itu kekuasaan Kerajaan Demak jatuh ke tangan Joko Timgkir dan dipindahkan ke Pajang. Sejak saat itulah Kekuasaan Kerajaan Demak berakhir.
Demikianlah pembahasan StudiNews pada artikel Sejarah Kerajaan Demak, Raja, Peninggalannya dan Kejayaannya. Semoga pembahasan diatas dapat menambah pengetahuan kita akan sejarah Kerajaan Demak dan menambah iman kita terhadap Islam. Sekian dan terimakasih.